Tentang Karya
Tema besar pada karya ini adalah Semarang sebagai Bandar atau labuhan di pesisir utara jawa tengah, tempat banyak pedagang dari berbagai penjuru dunia berlabuh untuk berdagang, menyebarkan ajaran, dan menjelajah. Banyak kapal dari Belanda, Portugis, China, Arab dan India yang berlabuh di Pergota (sekarang menjadi Bergota), seiring banyaknya yang berdatangan, satu sama lain saling menyerap budaya dan tradisi masing-masing, terjadilah asimilasi yang khas sebagaimana dapat kita lihat hasilnya dalam bentuk bangunan, landmark, gaya arsitektur, bahasa dan pengaruhnya terhadap perputaran perekonomian seperti berdirinya beberapa pabrik gula, perdagangan tembakau, biji kopi dan hasil bumi lainya di Semarang dan Jawa Tengah.
Karya berwujud pop-up masing-masing memiliki narasi yang diambil dari sejarah baik lisan, tertulis dan cerita rakyat. Ada 15 panel kayu dan 67 panel kuningan berbagai ukuran di rangkaian karya PESISIR UTARA yang mencoba merepresentasikan berbagai unsur pembentuk kota Semarang dan jawa tengah. Dimulai dari kapal laksamana Cheng Ho berlabuh di Pergota, kapal portugis berlabuh, kapal VOC berlabuh, lokomotif pertama di pulau jawa, obyek wisata goa Kreo dengan kisah 4 kera penjaga goa membatu sunan Kalijaga dalam membawa kayu jati ke Demak untuk dijadikan soko masjid Demak, keindahan gunung Sindoro Sumbing, Menara kudus, bangunan Lawang Sewu, Tugu Muda, Candi Gedong Songo. Dilengkapi unsur kuningan dengan motif-motif ukiran jepara berbentuk bunga Lotus yang dipadu padankan dengan motif awan batik Lasem, daun tembakau, tebu, buah kopi dan ombak laut jawa.
Keanekaragaman tersebut tidak lepas dari kota Semarang sebagai salah satu “pintu” masuk Jawa Tengah dengan pelabuhanya yang aktif dari dulu hingga sekarang. Hal tersebut memiliki korelasi yang sangat besar dengan peletakan rangkaian karya PESISIR UTARA yang di display di koridor kedatangan Bandara Internasional Jenderal Ahmad Yani Semarang.
Visualisasi
1. Matahari
Menggambarkan matahari yang terik dan cerah di samudra.
2. Kapal Chengho
Abad 15 Masehi ketika Laksamana Cheng Ho berlayar menuju pesisir Jawa.
3. Pergota
Kapal laksamana Cheng Ho berlabuh di Pergota (dipercaya sebagai daerah Bergota di Semarang)
4. Menara Kudus
Salah satu landmark di Jawa Tengah yaitu Menara Kudus.
5. Hasil bumi
Tanaman hasil bumi yang terdapat di jawa tengah; tebu, tembakau dan kopi
6. Kapal Portugis
Kapal Portugis berlabuh di pesisir utara Jawa
7. Gunung Sidoro Sumbing
Salah satu kekayaan alam di jawa tengah yaitu gunung Sindoro Sumbing.
8. Goa Kreo
Empat panel lukisan monyet penjaga Goa Kreo kita tampilkan sebagai unsur utama di rangkaian karya. Goa Kreo yang sekarang menjadi obyek wisata berpotensi menjadi daya Tarik utama wisata di Semarang selain kota lama, Lawang Sewu, Tugu Muda dan wisata arsitektur lainya. Goa kreo memiliki kisahnya yang menyebar secara lisan, secara singkat ke empat monyet inilah yang membantu Sunan Kalijaga dalam membawa kayu jati yang diperuntukan sebagai soko masjid Demak. Ke empat monyet tersebut memiliki warna dan makna yang berbeda, monyet merah melambangkan jiwa yang penuh keberanian, Hitam/gelap melambangkan warna tanah dan jiwa kesadaran, putih melambangkan kesucian dan kemurnian air dan kuning melambangkan tanda warna angina sebagai kesempurnaan.
9. Kapal VOC
Ketika VOC masuk ke Nusantara dan menuju Jawa
10. Lokomotif
Lokomotif pertama yang di bangun di pulau Jawa ada di Semarang.
11. Lawang Sewu
Lawang Sewu sebagai Landmark popular di kota Semarang
12. Guci & Rambu
Diadaptasi dari ukiran jawa, motif bunga lotus, motif batik yang di adaptasi ke dalam bentuk guci dan batik Lasem yang dipengaruhi budaya Cina.
13. Tugu Muda
Lawang sewu sebagai Landmark kota Semarang
14. Candi Gedong Songo
Candi Gedong Songo, situs peninggalan sejarah masa Hindu di Jawa Tengah.
15. Awan & Ombak
Awan dan ombak yang mengadaptasi dari motif batik Lasem.
Tentang Seniman
Tempa adalah kolaborasi seniman visual Putud Utama dan Rara Kuastra dengan latar belakang Desain Komunikasi Visual dan Seni Lukis di ISI Yogyakarta-Indonesia. Sejak akhir 2015, mereka memutuskan untuk berkolaborasi dalam seni dan desain. Mereka sering menggunakan media kanvas, kain, kayu dan tanah liat dalam karya untuk membuat instalasi dan mural. Karya-karya Tempa mengarah tentang realitas, identitas sosial berdasarkan fenomena budaya instan internet, budaya lokal dan kehidupan sehari-hari.
Berawal dari Tugas Akhir di bangku kuliah ISI Yogyakarta, pasangan Rara Kuastra (Tarakan, Kalimantan Utara, 1992) yang kuliah Seni Lukis dan Putud Utama (Kudus, 1991) yang mengambil Program Studi Desain Komunikasi Visual berpikir untuk menggabungkan kedua brand produk kreatif mereka. Tempa menjadi kata yang dipilih untuk menamai sebuah graphic art studio berbasis di Yogyakarta yang resmi dirilis pada 2015.
Selain berkarya, Tempa juga kerap diminta menjadi seniman komisioner di restoran atau kafe. Mural Tempa menjadi spot selfie menarik dan penanda khas tempat-tempat itu.
Detail Karya
Seniman
Tempa
Jenis Karya
Pop Up
Material
Cat akrilik diatas panel kayu mahoni finishing clear glossy, cat mobil diatas kuningan etsa finishing clear gossy, plat besi
Ukuran
35m x 3m
Kategori
Karya Seni