Tentang Karya
SWANAYASA
Swanayasa diberikan limpahan karunia kehidupan dengan sinar matahari, semilir angin, tumbuhan segar dan air mengalir. Swanayasa adalah wahana yang memberikan kehidupan sekitarnya, tempat hilir mudik mahluk hidup di atasnya sebagai persinggahan silih berganti.
Swanayasa diwujudkan dalam bentuk rest area sebagai simbol kesinambungan dan keberlangsungan Yogyakarta dan Gunung Kidul khususnya (baca-Mataram) hingga kini, dan sebagai rest area pertama Provinsi DIY dari arah timur, ‘Swanayasa’ bukan hanya greeting tetapi juga etalase terkait narasi Mataram tersebut.
Susunan bangunan di rest área JJLS berfilosofi Cakra Manggilingan yang bersumber Serat Kalatida, Ronggowarsito memberikan gambaran perputaran makrokosmos dalam penuturan siklus kalabendu dan kalasuba dalam konsep ruang dan waktu yang berkesinambung selaras dengan perkembangan zaman.
Sumber lain dalam teks macopat Serat Wedhatama oleh Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara IV, menjabarkan rentetan siklus bersifat determinasi hukum waktu dialektis Jagat Gumelar dan Jagat Gumulung.
Secara sederhana makna Cakra Manggilingan adalah siklus alam makrokosmos-mikrokosmos dan dalam konteks manusia (makrokosmos) sama dengan hakekat Sangkan Paraning Dumadi (masa lalu, masa kini dan masa depan) dengan metafora alam purwo dan alam madyo yang terus berulang dalam filosofi waktu (infinity)